JAWAPAN DR YUSUF QARDHAWI PADA SURAT YANG DIHANTAR BERHUBUNG DGN FAHAMAN SYIAH!
BOleh rujuk :-http://beritapks.com/fatwa-terbaru-syaikh-yusuf-al-qaradhawi-tentang-syiah/
Sikap Ahlu Sunnah terhadap firqah Syi’ah terbagi ke dalam tiga golongan.
1. Golongan Sunni yang Mengkafirkan Syi’ah
Kelompok pertama yaitu orang-orang yang mengafirkan Syi’ah dan
menganggap mereka telah murtad dari Islam. Inilah pendapat orang-orang
salafi secara umum. Apalagi kelompok salafi yang berlebihan, bukan hanya
mengkafirkan Syi’ah tapi juga mengkafirkan kelompok Ahlus Sunnah
lainnya yang fahamnya berseberangan dengan mereka atau orang-orang yang
biasa melakukan penyimpangan-penyimpangan yang bisa ditakwilkan.
Di antara penulis yang menuliskan masalah ini secara ilmiah yaitu
buku yang ditulis oleh Sayyid Muhibbuddin Al-Khathib, seorang ahli
sejarah dan pentahqiq senior yang juga direktur Majalah Al-Fath dan
Majalah Az-Zahra yang mengusung tema pemurnian Islam di zamannya. Beliau
juga adalah pimred harian Al-Ikhwan Al-Muslimun dan majalah Al-Azhar
untuk beberapa periode.
Ustadz Al-Khathib telah menulis bukun berjudul, “Al-Khuthuth Al-’Aridhah allati Qama ’Alayha Din Al-Syi’ah” (Dasar-dasar yang Dipegang oleh Agama Syi’ah Imamiyah Itsna ’Asyariyah).
Buku ini mengupas permasalahan yang sangat penting tentang sikap
orang-orang Syi’ah terhadap Al-Qur`an bahwa Al-Qur`an telah
dirubah-rubah dan dikurang-kurangi. Penulis Syi’ah yang menulis buku
tentang perubahan di dalam Al-Qur`an adalah Fashlu Al-Khithab fi Itsbati Tahrif Kitabi Rabbil Arbab
(yang dimaksud dengan kitab adalah Al-Qur`an) karya An-Nuri
Ath-Thabrasi yang kematiannya selalu diperingati secara meriah oleh
orang-orang Syi’ah dan dikuburkan di dekat kuburan Imam Ali RA.
Beliau menjelaskan tentang sikap orang-orang Syi’ah terhadap
As-Sunnah dan terhadap para sahabat, ajaran Taqiyyah dan beberapa hal
lainnya. Singkat kata, madzhab Syi’ah ini mempunyai perbedaan yang
sangat jauh dengan madzhab Ahlu Sunnah.
Ustadz Muhibbuddin Al-Khathib juga menulis beberapa buku dan
artikel yang berisi pembelaan terhadap para sahabat. Seperti buku yang
berisi resensi dan catatan penting beliau terhadap buku yang ditulis
oleh Abu Bakar bin Al-Araby tentang para sahabat yang berjudul, Al-‘Awashim min Al-Qawashim. Buku lainnya yaitu tentang catatan beliau terhadap buku Al-Muntaqa dari kitab Mizan Al-I’tidal karya Adz-Dzahabi. Beliau juga menulis buku dengan judul, Bersama Generasi Pertama.
Buku ini berisi penjelasan dan pembelaan tentang kedudukan para sahabat
di dalam Islam, jihad serta upaya mereka di dalam membela sang Penutup
para nabi.
Beberapa saat setelah itu, muncullah buku ulama Pakistan yang
sangat terkenal, yaitu Ihsan Ilahi Zhahir yang memperluas pembahasan
buku Al-Khathib tersebut. Beliau berargumentasi dengan buku-buku Syi’ah
sendiri, juga melakukan pembantahan terhadap tuduhan-tuduhan Syi’ah.
Sampai akhirnya beliau syahid ditembak di salah satu pertemuan yang
beliau hadiri. Orang-orang Syi’ah lah yang berada di balik aksi
penembakan beliau ini.
Saya berpendapat bahwa di dalam masalah ini terdapat sikap
berlebihan menghukumi orang-orang Syi’ah secara umum. Terutama mengenai
masalah pengkafiran-pengkafiran yang mencap orang lain telah murtad dari
Islam- adalah masalah yang sangat berbahaya. Sejak lama, saya telah
menulis sebuah buku dengan judul,
“Zhahirat Al-Ghuluww fi At-Takfir” Sikap Berlebihan di Dalam Mengafirkan Orang Lain.
Saya melihat bahwa yang harus dilakukan di dalam masalah ini adalah
bersikap hati-hati, melakukan penelitian terlebih dahulu dan
bermusyawarah sebelum mencap orang lain dengan cap kafir. Bagaimana pula
halnya dengan mengafirkan sebuah jamaah (perkumpulan seperti Syi’ah)
yang terdiri dari puluhan juta orang?!
Selagi ada celah untuk perkataan atau perbuatan itu ditakwil yang
bisa mengeluarkan musuhnya dari kekafiran, maka seyogyanya seorang alim
menempuh hal itu. Sebab tidak boleh mengkafirkan orang lain kecuali
dengan indicator pasti yang tidak bisa ditafsirkan kecuali dengan
mencapnya sebagai orang kafir, seperti telah mengucapkan sesuatu atau
melakukan perbuatan kufur yang nyata. Kami berpendapat bahwa sikap
moderat adalah, ”Sesungguhnya mereka mengafirkan orang secara umum
dan tidak mengafirkan orang per orang (tertentu saja) kecuali dengan
banyak syarat.”
Pada bagian buku saya ini terdapat pembahasan tentang fatwa takfir
dan syarat-syaratnya. Fatwa ini adalah fatwa saya yang lama. Silahkan
dikaji kembali.
Memang ada hadits tentang perpecahan umat Islam sehingga terpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan yang semuanya masuk neraka kecuali
satu saja. Namun hadis itu masih tetap menggolongkan firqah-firqah yang
sesat dan celaka itu sebagai bagian umat Islam ini, dan tidak
mengeluarkan mereka darinya, ketika beliau bersabda, ”UMMATKU akan
terpecah belah!”
Saya juga ingin mengatakan, sesungguhnya dari kalangan orang-orang
Syi’ah ada yang ekstrim dan suka mengkafirkan Ahlu Sunnah. Kami telah
menukil sebagian perkataan mereka itu di beberapa forum. Bahkan di
antara mereka ada yang berani mengafirkan para sahabat. Ada juga yang
berani mengafirkan umat Islam seluruhnya, kecuali yang tidak kafir hanya
Syi’ah, seperti yang tercantum di dalam kitab Al-Anwar An-Nu’maniyah karya Syaikh Nikmatullah Al-Musawi Al-Jazairi.
No comments:
Post a Comment