Kemunculan Generasi Y dalam Dunia Kerja: Menciptakan Sistem Kerja dan Sistem Budaya yang “Ramah” terhadap Generasi Y
Ada
Sebuah fakta menarik dalam perkembangan dunia Human Capital saat ini,
yaitu munculnya Generasi Y untuk mulai mengisi posisi-posisi penting
di beberapa perusahaan di Indonesia. Dalam buku Generations: The
History of America’s Future 1584 to 2069, William Strauss dan Neil Howe
menulis tentang perkembangan generasi di Amerika Serikat, salah satunya
adalah Generasi Millenium atau Generasi-Y (Y-Generation). Strauss dan
Howe sendiri banyak mengambil pemikiran dari para penulis jurnal dan
buku yang membahas masalah-masalah antar-generasi.
Ungkapan
Generasi-Y sendiri mulai diperkenalkan oleh salah satu Koran besar di
Amerika Serikat pada editorial di bulan Agustus 1993. Saat itu editor
Koran tengah membahas para remaja yang berusia12-13 tahun, namun
memiliki perilaku yang berbeda dengan generasi sebelumnya, yang dikenal
dengan Generasi-X. Istilah Generasi-X sendiri, dipopulerkan oleh Douglas
Coupland melalui novelnya yang berjudul Generation X: Tales for an Accelerated Culture pada
tahun 1991.Berpijak pada editorial Koran besar tersebut, akhirnya
banyak perusahaan di Amerika Serikatyang membuat produk untuk segmen
remaja, mulai mengelompokkan anak-anak yang lahir setelah tahun 1980-an
sebagai Generasi-Y.
Hingga
saat ini, jika kita mempelajari berbagai literatur yang membahas
tentang Generasi-Y, belum ditemukan kesepakatan kapan awal mula generasi
ini ditentukan. Sebagian literature menjelaskan bahwa mereka yang
dikategorikan dalam Generasi-Y adalah yang lahir di awal tahun 1980-an,
namun banyak juga literatur yang menjelaskan bahwa Generasi-Y lahir di
awal,tengah dan akhir 1990-an. Di Australia sendiri, pemerintah melalui
Australian Bureau of Statistic memberikan batasan tahun kelahiran
Generasi-Y yaitu antara tahun 1982-2000 atau mereka yang saat ini
berusia 13-31 tahun.
Berbeda
dengan Australia, di Kanada para ahli menetapkan bahwa Generasi-Y lahir
pada tahun 1982 hingga pertengahan tahun 1990-an atau 2000. Walau
demikian, dari banyak literatur yang membahas Generasi-Y, hampir semua
literatur menyentuh rentang tahun kelahiran antara 1980-an hingga
1990-an. Di samping itu, seluruh literatur sepakat bahwa sebagian besar
Generasi Baby Boomers (rentang kelahiran antar tahun 1943-1964)
merupakan orang tua Generasi-Y. Para ahli menganggap bahwa Generasi-Y
adalah suksesor dari Generasi-X. Tentu kita akan bertanya, apa kriteria
suatu generasi dikategorikan sebagai Generasi-Y? Jika kita memperhatikan
dengan cermat perilaku Generasi-Y di Indonesia, maka akan didapati
karakteristik yang beragam. Semua itu sangat dipengaruhi oleh tempat dia
dibesarkan, strata ekonomi dan sosial keluarganya. Akan tetapi ada pola
umum yang sering didapati dari generasi ini yaitu memiliki pola
komunikasi yang lebih terbuka dibandingkan generas-generasi sebelumnya.
Jika kita mengambil fenomena di Indonesia, Hal ini sebenarnya belum disadari sepenuhnya oleh para stakeholders
perusahaan-perusahaan di Indonesia dan bahkan para orang tua di
Indonesia. Mengapa Saya menyinggung soal orang tua di sini? Karena orang
tua adalah salah satu significant others dan agen sosial dari para fresh graduate dan entry level employee saat ini yang sebagian besar merupakan generasi Y, dan orang tua sebagai significant others memiliki peranan yang begitu kuat dalam mengarahkan putra-putri mereka dalam memilih jalan karirnya. Karakteristik Orang Indonesia yang sociotropic
atau dengan kata lain karakter orang Indonesia yang banyak melibatkan
pemikiran tentang keluarga dan orang lain di sekitarnya saat diharuskan
membuat keputusan penting dalam hidupnya membuat faktor influence
orang tua ini bereperan cukup besar dalam mengarahkan hidup anaknya
terutama dalam memilih pekerjaan bahkan dalam memilih pasangan hidup
yang cocok dengan kultur keluarganya. Para Orang tua dan para pimpinan perusahaan yang pada umumnya merupakan generasi baby boomers masih banyak melakukan pendekatan tradisional ala generasinya dalam melakukan bimbingan (guidance)
terhadap putra-putrinya dan bawahan-bawahannya yang mulai banyak
berasal dari Generasi Y. Otoritas Orang tua yang luar biasa dalam agama,
dan otoritas kekuasaan yang tinggi seorang pimpinan dalam
struktur organisasi membuat pola akomodasi terhadap generasi Y yang
bisa dilakukan di Negara-negara barat belum bisa dilakukan secara
optimal di negeri ini. Padahal dengan sifat kritisnya yang luar biasa, awarenessnya yang sangat tinggi terhadap passion,
dan rasa ingin tahunya yang lebih tinggi dari generasi-generasi
sebelumnya, generasi Y ini bisa menjadi asset berharga negeri ini yang
bisa diandalkan dalam menemukan sousi untuk mengatasi permasalahan di negeri ini.
Mengapa saya katakan generasi Y merupakan asset
yang berharga? Pertama Karena mereka masih memiliki rentang hidup
rata-rata yang masih panjang dan merupakan calon-calon pemimpin negeri
ini 10-20 tahun lagi. Alasan yang kedua adalah karena sejak dini mereka
memiliki kesempatan mengakses teknologi yang begitu luas, otomatis
kemampuan akses mereka terhadap beragam informasi juga cukup besar dan bisa mereka peroleh sejak dini. Imbasnya dengan keragaman infomasi yang mereka peroleh, sebagian besar dari mereka pada
umumnya tumbuh menjadi figur-figur yang kreatif dan bisa berpikir out
of the box. Cara berpikir yang kreatif dan out of the box inilah yang
diharapkan bisa kita andalkan dari generasi ini dalam membantu negeri
ini menyelesaikan permasalahan-permaslahannya dan bahkan membawa negeri
ini untuk lebih maju dan lebih makmur.
Salah satu karakter unik lainnya dari generasi Y adalah rasa narsisnya yang lebih tinggi dibandingkan dan generasi lainnya dan juga
kebutuhan eksistensinya yang tinggi. Jika saya mengambil sampel karya
sastra sebagai salah satu indikator untuk membaca karakter sebuah
generasi, kita bisa melihat ada perubahan cara hidup dan cara pandang
pada generasi Y dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mengapa saya
mencoba mengambil sampel karya sastra, karena karya sastra adalah salah
satu bentuk aktualisasi konsep berpikir sebuah masyarakat. Karya sastra
saat ini banyak dipenuhi dengan novel-novel yang bertema based true
story penulisnya, sedangkan novel jaman baheula banyak dipenuhi dengan
bahasa-bahasa kias dan lebih menceritakan sebuah setting masyarakat yang
penuh kebersamaan. Novel masa kini lebih banyak menceritakan capaian
-capaian orang yang memiliki impian besar dan luar biasa, sedangkan
karya sastra zaman baheula banyak menceritakan fenomena masyarakat
sekitar dan bagaimana menciptakan harmonisasi dengan lingkungan sekitar.
Fenomena dalam karya sastra ini bisa dijadikan salah satu bukti yang
sahih jkika generasi Y merupakan sebuah generasi yang memiliki kebutuhan
eksistensi yang tinggi dalam melakukan aktualisasi diri.
Dengan
mulai bertambah banyaknya generasi Y dalam struktur organisasi sebuah
perusahaan dan tongkat estafet kehidupan yang mulai mereka emban,hal
ini seharusnya bisa menjadi insight bagi para pengambil kebijakan di
perusahaan dan para orang tua sebagai agens social primer generasi Y
untuk mulai bisa meluaskan mind set dan mengakomodir secara perlahan
aspirasi para generasi Y dalam berkarya. Mengapa begitu? Karena 10 tahun
lagi generasi inilah yang akan menjadi
tulang punggung sebuiah perusahaan dan bahkan bangsa ini dalam
memajukan perusahaan dan bahkan memajukan bangsa ini. Alasan lainnya
adalah potensi luar biasa generasi ini dengan segala karakteristiknya
bisa dijadikan sebagai asset perusahaan dan bahkan asset bangsa untuk
membuat perusahaan dan bahkan bangsa ini melesat dalam melakukan
capaiaan-capaian luar biasa b aik secara bisnis maupun dalam
mensejahterakan masyarakat. Pola akomodasi dalam perusahaan bisa
dilakukan misalnya dengan cara
melakukan proses rekrutmen yang berbasis teknologi, menciptakan sistem
kerja yang berorientasi hasil akhir dan berbasis teknologi, dan
menciptakan sistem remunerasi pegawai yang bisa mengaspirasi
capaian-capaian luar biasa pegawai jika bisa menciptakan karya yang luar
biasa. Hal lain yang bisa dilakukan oleh para stakeholders perusahaan
adalah dengan menciptakan pola komunikasi kerja yang lebih terbuka dan
tak terlalu banyak top down direction dan bahkan menyediakan ruang yang
cukup bagi para Generasi Y dalam menciptakan ide-ide yang orisinal yang
secara tidak langsung akan berimvas langsung terhadap kemajuan
perusahaan. Sebagai salah satu agen social primer para generasi Y, para
orang tua juga diharapkan bisa meluaskan mind set mereka dalam
mengakomodasi keunikan pribadi putra-putrinya, menciptakan situasi yang
bisa mengakomodir passion anak-anaknya dan menciptakan suasana dialog
sebagai salah satu metode utama membimbing putra-putrinya dalam proses
tumbuh dan berkembangnya.
Dan sebagai penutup, saya kutip sebuah ungkapan yang terknal dalam teori evolusi yang diungkapkan oleh Charles Darwin, Survival of The fittest. Siapa yang paling bisa survive dalam kehidupan ini adalah siapa yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keberadaan
generasi Y ini tak hanya menuntut para generasi Y saja yang harus mulai
belajar menyesuaikan diri dengan pola struktur kerja dan budaya hidup
yang telah dengan lama dibangun oleh para babby boomers. Kondisi zaman millennia ini juga menuntut para perusahaan dan bahkan para generasi babby boomers
untuk bisa lebih menyesuaikan diri dengan keberadaan generasi Y ini
dengan menciptakan sistem budaya dan sistem kerja yang ramah terhadap
para generasi Y ini, karena lambat laun generasi Y inilah yang akan
memikul beban dan tanggung jawab dalam sebuah company bahkan memikul
tanggung jawab dalam memajukan bangsa ini. Perubahan ini juga tak semata-mata
dilakukan hanya untuk mengakomdir keberadaan sebuah generasi, tetapi
juga untuk bisa menciptakan Indonesia yang lebih baik.
Intan Maulana, Masa Depan Indonesia di Generasi Y (http://www.elanggroup.co.id/blog/2013/11/22/masa-depan-indonesia-di-generasi-y/)
William Strauss & Neil Howe, Generations: The History of America’s Future 1584 to 2069
No comments:
Post a Comment