JADILAH SEMANGAT PEMUDA SEPERTI ZUBAIR
Alhamdulillah
bersyukur kita kehadrat Illahi kerana masih lagi diberi nikmat
kelapangan masa untuk ana mencoretkan sedikit lagi tentang perasaan anak
muda dizaman ini.Ketika menghadiri satu program di Kolej Universiti
Islam Antarabangsa Selangor baru-baru ini, ana tertarik dengan cerita
yang dibawa oleh Marabbi ana berkaitan dengan kisah seorang sahabat
dizaman Rasulullah S.A.W yang cukup berani dan perkasa dan salah satu
yang termasuk dalam golongan yang dijamin syurga oleh
Rasulullah.Masha-ALLAH..beruntungnya sahabat ini...kisah ini juga telah
membangkitkan semangat pemuda-pemudi islam dalam berdakwah dijalan
ALLAH yang perlu melalui liku-liku cabaran dan dugaan demi menghasilkan
insan yang luar biasa yang menghadirkan diri kepada ALLAH AZZAWA JALLA..
Sekarang ini ana akan coretkan sedikit kisah sahabat Rasululllah S.A.W
yang bernama Sayyidina Zubair bin Awwam R.A..ana harap kisah ini akan
memberi semangat terutama anak muda supaya lebih gigih dan tidah mudah
untuk berputus asa dalam menyebarkan Deen Allah.
Riwayat hidup Zubair bin awwam.
Setiap kali nama Thalhah disebut, nama Zubair juga disebut.
Dan setiap kali disebut nama Zubair, nama Thalhah pun pasti disebut.
Sewaktu Rasulullah SAW mempersaudarakan para sahabatnya di
Makkah sebelum hijrah, beliau mempersaudarakan Thalhah dengan Zubair. Sudah
sejak lama Nabi SAW bersabda tentang keduanya secara bersamaan, seperti sabda
beliau, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di syurga.”
Keduanya masih kerabat Rasulullah. Thalhah masih keturunan sebelah datuk moyang Rasulullah yang bernama Murrah bin Ka’ab, sedangkan Zubair masih keturunan sebelah datok moyang Rasulullah yang bernama Qusai bin Kilab. Shafiyah, ibu Zubair, juga emak saudara Rasulullah.
Keduanya masih kerabat Rasulullah. Thalhah masih keturunan sebelah datuk moyang Rasulullah yang bernama Murrah bin Ka’ab, sedangkan Zubair masih keturunan sebelah datok moyang Rasulullah yang bernama Qusai bin Kilab. Shafiyah, ibu Zubair, juga emak saudara Rasulullah.
Thalhah dan Zubair mempunyai banyak kesamaan dalam menjalani
roda kehidupan.
Masa remaja, kekayaan, kedermawanan, keteguhan dalam beragama
dan keberanian mereka hampir sama. Keduanya termasuk orang-orang yang masuk
Islam di masa-masa awal, dan termasuk sepuluh orang yang dikhabarkan oleh Rasul
masuk syurga, termasuk enam orang yang diamanahi Khalifah Umar untuk memilih
khalifah pengganti. Bahkan, hingga saat kematian keduanya hampir sama.
Seperti yang telah kita sebutkan, Zubair termasuk
orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal, kerana ia termasuk tujuh orang
pertama yang masuk Islam, dan sebagai perintis perjuangan di rumah Arqam.
Usianya waktu itu baru 15 tahun. Ia telah diberi petunjuk, cahaya, dan kebaikan
saat usia remaja.
Ia ahli menunggang kuda dan memiliki keberanian, sejak
kecil. Bahkan, ahli sejarah menyebutkan bahawa pedang pertama yang dihunuskan
untuk membela Islam adalah pedang Zubair bin Awwam.
Di masa-masa awal, saat jumlah kaum muslimin masih sedikit
dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita bahawa Rasulullah
terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota Makkah laksana
tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia.
Yang pertama kali dilakukannya adalah memeriksa kebenaran
berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya
untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang
gugur.
Di satu tempat, di bahagian kota Makkah yang agak tinggi, ia
bertemu Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita
yang ia dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair
selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.
Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang, namun ia juga
merasakan penyiksaan Quraisy.
Orang yang disuruh menyiksanya adalah bapa
saudaranya sendiri. Ia pernah diikat dan dibungkus dengan tikar lalu diasapi
hingga sukar untuk bernafas. Di saat itulah bapa saudaranya berkata, “Larilah
dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari siksa ini.”
Meskipun masih muda belia, Zubair menjawab dengan tegas,
“Tidak! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada kekafiran untuk
selama-lamanya.”
Zubair ikut dalam perjalanan hijrah ke Habasyah dua kali.
Kemudian ia kembali, untuk mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah,
hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti.
Banyaknya bekas luka pedang dan tombak di tubuhnya adalah
bukti keberanian dan kepahlawanannya.
Marilah kita dengarkan cerita seorang rakannya yang melihat
bekas luka yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya.
“Aku pernah bersama Zubair Bin Awwam dalam satu perjalanan
dan aku melihat tubuhnya. Ada banyak bekas sabitan pedang. Di dadanya ada
beberapa lubang bekas tusukan tombak dan anak panah. Aku berkata kepadanya,
‘Demi Allah, yang kulihat ditubuhmu belum pernah kulihat di tubuh orang lain.’
Ia menjawab, “Demi Allah, semua luka-luka ini kudapat bersama Rasulullah dalam
peperangan membela agama Allah.”
Seusai Perang Uhud, dan pasukan Quraisy sedang dalam
perjalanan pulang ke Makkah, Zubair dan Abu Bakar diperintahkan Rasulullah
memimpin kaum muslimin mengejar mereka agar mereka menganggap kaum muslimin
masih mempunyai kekuatan, sehingga mereka tidak berfikir untuk menyerbu
Madinah.
Abu Bakar dan Zubair membawa 70 tentera muslim. Sekalipun
Abu Bakar dan Zubair sebenarnya sedang mengikuti satu pasukan yang menang perang
dan berjumlah jauh lebih besar, namun kecerdikan dan strategi yang dipergunakan
keduanya berhasil menyebabkan hirui pikuk tentera Quraisy. Mereka menyangka
bahawa pasukan yang di pimpin Abu Bakar dan Zubair adalah pasukan perintis dan
di belakang pasukan ini masih ada pasukan yang jauh lebih besar. Tentu saja ini
membuat mereka takut. Mereka pun mempercepat langkah menuju Makkah.
Di perang Yarmuk, Zubair mengetuai satu pasukan tersendiri.
Ketika banyak perajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi
yang begitu banyak, ia berteriak, “Allaahu Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi
sendirian dengan pedangnya.
Ia sangat rindu untuk syahid. Ia berkata, “Thalhah bin
Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama nabi-nabi padahal tidak ada
nabi setelah Muhammad SAW. Kerana itu, aku memberi nama anak-anakku dengan nama
para syuhada dengan harapan mereka syahid.”
Ada yang diberi nama Abdullah dari nama Abdullah bin Jahsy.
Ada yang diberi nama Mundzir dari nama Mundzir bin Amru. Ada yang diberi nama
Urwah dari nama Urwah bin Amru. Ada yang diberi nama Hamzah dari nama Hamzah
bin Abdul Muthalib. Ada yang diberi nama Ja’far dari nama Ja’far bin Abi
Thalib. Ada yang diberi nama Mushab dari nama Mushab bin Umair. Ada yang diberi
nama Khalid dari nama Khalid bin Sa’id. Seperti itulah, semua anaknya diberi
nama dengan nama-nama para syuhada dengan harapan beroleh syahid seperti
mereka.
Disebutkan dalam buku sejarah, “Zubair tidak pernah menjadi
pegawai daerah atau Gabenor. Tidak pernah menjadi petugas penarik pajak atau
cukai. Ia tidak pernah menduduki jabatan kecuali sebagai pejuang perang membela
agama Allah.”
Ia sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan
itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu perajurit, namun ia
seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang
memikul tanggung jawab perang.
Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya dalam
mengatur siasah perang adalah keistimewaannya.
Ia melihat gugurnya bapa saudaranya, iaitu Hamzah, di Perang
Uhud. Di perang Uhud juga beliau melihat bagaimana tubuh bapa saudaranya
dicabik-cabik oleh pasukan kafir. Ia berdiri dekat jenazah bapa saudaranya.
Gigi-giginya terdengar gemeretak dan genggaman pedangnya semakin erat. Hanya
satu yang difikirkannya, iaitu balas dendam. Akan tetapi, wahyu segera turun
melarang kaum muslimin melakukan balas dendam.
***
***
Ketika pengepungan terhadap bani Quraidzah sudah berjalan
lama tanpa membawa hasil, Rasulullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib.
Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, “Demi Allah,
mari kita rasakan apa yang dirasakan Hamzah. Atau, akan kita buka benteng
mereka.” Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil
membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu
benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng.
***
***
Di perang Hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf
menderita kekalahan yang memalukan. Tidak boleh menerima kekalahan yang
diderita, Malik beserta beberapa perajuritnya bersembunyi di sebuah tempat,
mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika
Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang mereka seorang diri
dan berhasil memporak perandakan mereka.
Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah
menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela
dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”
Bukan kerana sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma
binti Abu Bakar yang bergelar “Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang),
melainkan kerana pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua,
kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk
Allah, Tuhan alam semesta.
Sungguh tepat apa yang dikatakan Hasan bin Tsabit ketika
menukilkan sifat-sifatnya.
Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati
Atas petunjuk Nabi ia berbakti
Dialah sang pembela sejati
Kata dan perbuatannya bagai merpati
Di jalan Nabi, ia berjalan
Bela kebenaran sebagai tujuan
Bela kebenaran sebagai tujuan
Jika api peperangan sudah menyala
Dialah penunggang kuda tiada dua
Dialah pejuang tak kenal menyerah
Dialah penunggang kuda tiada dua
Dialah pejuang tak kenal menyerah
Dengan Rasul, masih keluarga
Terhadap Islam, selalu membela
Terhadap Islam, selalu membela
Pedangnya selalu siaga
Kala Rasul dihadang bahaya
Dan Allah tidak ingkar pada janji-Nya
Memberi pahala tiada terkira
***
Kala Rasul dihadang bahaya
Dan Allah tidak ingkar pada janji-Nya
Memberi pahala tiada terkira
***
Ia seorang yang berbudi tinggi dan berakhlak mulia.
Keberanian dan kepemurahannya bagai dua kuda yang digadaikan.
Ia seorang usahawan yang berjaya. Harta kekayaannya melimpah
ruah. Semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam hingga saat mati masih
mempunyai hutang.
Kedermawanan, keberanian, dan pengorbanannya bersumber dari
sikap tawakalnya yang sempurna kepada Allah. Kerana dermawannya, sampai-sampai
ia rela mendermakan nyawanya untuk.Islam.
Sebelum meninggal dunia, ia berpesan kepada anaknya untuk
melunasi hutang-hutangnya, “Jika kamu tidak mampu melunasinya, mintalah kepada
pelindungku.”
Sang anak bertanya, “Siapa pelindung yang ayah maksud?”
Sang anak bertanya, “Siapa pelindung yang ayah maksud?”
Zubair menjawab, “Allah! Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Di kemudian hari, sang anak bercerita, “Demi Allah, setiap
kali aku kesulitan membayar hutangnya, aku berkata, ‘Wahai Pelindung Zubair,
lunasilah hutangnya.’ Maka Allah melunasi hutangnya.”
Di perang Jamal, seperti yang tersebut dalam kisah Thalhah,
perjalanan hidup Zubair berakhir.
Setelah ia mengetahui punca permasalahannya, lalu
meninggalkan peperangan, beliau disabotaj oleh sejumlah orang yang menginginkan
perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan solat, mereka
menikam Zubair.
Setelah itu, si pembunuh pergi menghadap Khalifah Ali,
mengabarkan bahawa ia telah membunuh Zubair. Ia berharap khabar itu
menyenangkan hati Ali kerana yang ia tahu, Ali memusuhi Zubair.
Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak
menemuinya, ia langsung berseru, “Katakanlah kepada pembunuh Zubair putera
Shafiah bahawa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka.”
Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali, ia menciumnya.
Lalu ia menangis dan berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi
Nabi dari marabahaya.”
***
***
Adakah kata yang lebih indah dari kata-kata Khalifah Ali
untuk melepas kepergian Zubair?
Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian.
Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah.
Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian.
Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah.
No comments:
Post a Comment